Maaf…

Sedikit-sedikit marah. Disenggol sedikit marah. Dikiritik sedikit galau. Dikasih saran malah panas kepalanya. Debat sedikit langsung unfriend sosmednya, malah diblokir. Pas diajak maafan mau, tapi ngambeknya seabad tak mau lagi berjumpa ia lagi. 

Anda pernah bertemu dengan orang tipe diatas? Pernah. Banyak? Wow banyak banget. Malah tak hanya menjangkit anak muda baik pria wanita, kalangan orangtua bahkan lebih banyak.  Mereka biasanya beranggapan bahwa, “Ketika terjadi satu buah masalah diantara diri mereka dengan orang lain baik itu sahabat maupun teman sejawat, sangat ‘sungkan’ untuk kembali lagi seperti dulu. Sekali bermasalah, kedepannya akan selalu masalah bersama ia. Bahkan setelah idul fitri-pun ketika seseorang seharusnya bisa saling memaafkan satu sama lain, ada saja duri tajam masa lalu yang masih diingat. Sampai tanggal, hari, menit, detik pun mereka masih hafal.

Masa sih kita harus kalah sama anak kecil? Selama penulis masih kecil dulu (owh tak kira penulis lahir langsung ganteng gini…eits? Haha) yang namanya main sama kawan-kawan ya ada aja yang jatuh, yang kalah, yang nangis, yang….macam-macam deh. Tapi pulang langsung maafan dan pulang dengan hati senang bahkan besok tetap main lagi (meski kemarin lutut udah luka sobek berdarah dan celana robek gara-gara kelamaan main petak jongkok haha). Pernah sampai nangis dan berantem dengan teman kita lalu orangtua kita melihat kita? Apa yang dilakukan orangtua kita malah menyuruh kita untuk baikan dan bersalaman kalau perlu pelukan sampai kita berbaikan lagi, lalu besok kita main lagi. Anak kecil mungkin masih polos tapi mereka tak pernah punya beban ‘sungkan’ atau ‘segan’ selama kawannya yang sedang bermasalah dengannya bisa diajak main bersama lagi. Bandingkan orang dewasa yang begitu kompleks hidupnya namun menghadapi problem masih saja tidak berpikir layaknya orang dewasa yang ‘dewasa’.

Baik yang merasa tersakiti dan yang bersalah tetap saja tak ada bedanya. Yang bersalah merasa takut dan enggan meminta maaf, yang merasa disakiti malah kesal bukan kepalang tidak mau bertemu dengan dia. Lantas mau sampai kapan? Kapan kalian berani meminta dan memberi maaf? Mau sampai tua? Sampai mati? Memangnya anda bisa saling bersalaman dikuburan? (belum tentu juga lho kuburannya sebelahan sama kita, mungkin kalau 2 mayat saling minta maaf rasanya….hiiiii). Diakhirat mau bermaafan? Telat coy!! Sudah keburu di hakimi oleh Sang Maha Adil disana Allah swt.

“Barangsiapa yang didatangi  saudaranya yang hendak meminta maaf ,hendaklah memaafkannya,apakah ia berada dipihak  yang benar ataukah yang salah, apabila tidak melakukan hal  tersebut (memaafkan) , niscaya tidak akan mendatangi telagaku (di akhirat) (HR Al-Hakim)

“Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah memberinya maaf pada hari kesulitan (HR Ath-Thabrani)

“Barangsiapa senang  melihat bangunannya  dimuliakan, derjatnya di tingkatkan , maka hendaklah dia mengampuni  orang yang bersalah kepadanya, dan menyambung (menghubungi) orang yang pernah  memutuskan hubungannya dengan dia “ (HR Al-Hakim)

Yuk bermaafan.

Bagi yang bersalah, jangan takut meminta maaf karena ingat bahwa kesalahan kita takkan terhapus sampai orang yang tersakiti oleh kita memberi kita maaf. Minta maaf dengan tulus mengharap, maka semua beban dihati kita akan terlepas dan silaturahmi terjalin kembali.

Bagi yang merasa tersakiti, maafkanlah serta ikhlaskan apa yang terjadi diantara kalian. Itu adalah masa lalu. Berbaik sangka-lah suatu hari ia akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan takkan mengulang kesalahan yang sama. Beri ia kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya dahulu.

Yuk bermaafan dan mari buka lembaran baru untuk jalin kembali silaturahmi…

3 Comments

Tinggalkan komentar